Loading...
world-news

INSTITUT PERTANIAN BOGOR - KONSERVASI SUMBERDAYAHUTAN& EKOWISATA


Akreditasi

A

Strata

S1

Perminatan

SAINTEK

Website

https://fahutan.ipb.ac.id

Sekilas Tentang KONSERVASI SUMBERDAYAHUTAN& EKOWISATA

SEJARAH

CIKAL BAKAL PENDIRIAN (1940-1963)

Kebutuhan tenaga menengah bidang kehutanan sudah dirasakan sejak lama. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kehutanan, maka Dewan Rakyat (Volksraad) dan kalangan masyarakat Hindia Belanda beberapa kali mengajukan pengembangan Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi Pertanian. Koorders, ahli kehutanan pada tahun 1892 menyarankan agar diadakan kursus sinder hutan, tetapi Pemerintah Belanda tidak mengabulkan permintaan ini karena alasan politik dan khawatir Perguruan Tinggi Pertanian di Wageningen Belanda tersaingi. Baru kemudian pada tahun 1908, Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan kursus untuk jabatan Bosopziener atauSinder Kehutanan (pengamat kehutanan). Kursus tersebut pada tahun 1910 ditingkatkan menjadi Sekolah Pertanian (Cultuur School)  yang mendidik para tenaga ahli pertanian dan kehutanan menengah pertama.

Pada tahun 1912, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Middlebare Landbouwschool (MLS) atau Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) yang mendidik tenaga ahli pertanian dan kehutanan menengah sekaligus merupakan cikal bakal Sekolah Pertanian Menengah Atas dan Sekolah Kehutanan Menengah Atas sebagai kelanjutan dari Middlebare Landbouwschool (MLS)  di mulai tahun 1903 di Kebun Raya Bogor. Sekolah Pertanian (Cultuur School) di Bogor pada tahun 1914 dipindahkan ke Sukabumi, kemudian ditutup pada tahun 1935 dan ditambah dengan satu Sekolah Pertanian yang baru di Malang.

Berdasarkan laporan komisi Limburg (komisi yang mempelajari kesempatan kerja) pada tahun 1936 tentang peluang kerja untuk ahli pertanian, di dalamnya juga untuk ahli kehutanan, terlihat bahwa kebutuhan ahli kehutanan mulai tahun 1900 sampai dengan tahun 1935 terus meningka. 

Tanggal 26 Agustus 1939, Jawatan Kehutanan membuka Middlebare Bosbouschool (MBS) atau Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi. Murid Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi berasal dari Sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tahun 1940, Jawatan Kehutanan membentuk Sekolah Mantri Kehutanan dan Sekolah Polisi Kehutanan di Madiun. Saat itu Pendidikan Tinggi bidang kehutanan hanya ada di Wageningen, Belanda. Kemudian pada tahun 1940, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian dengan nama Landbouw Hogeschool  dan Richting Bosbouwkunde di Bogor. Selanjutnya, pada tanggal 31 Oktober 1941 berubah nama menjadi Landbouwkundige Faculteit dengan keseluruhan dosennya berkebangsaan Belanda.  

Mulai tahun 1941, Dewan Rakyat (Volksraad) mengajukan pengembangan Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi Pertanian kepada Pemerintah Hindia Belanda, tetapi kajian ini belum diterima karena berbagai pertimbangan, yaitu: Hindia Belanda tidak matang untuk pendidikan tinggi pertanian dan kehutanan, masyarakat tidak cukup berpendidikan, kekurangan dosen-dosen yang handal, dan pendidikan menengah masih kurang berkembang untuk menyediakan calon mahasiswa yang cukup.

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, Landbouwkundige Faculteit ditutup, sedangkan Nederland – Indische Veeartsenschool   (NIVS), yang juga didirikan sebelum perang dunia ke-2, masih tetap berjalan dengan nama Bogor Zui Gakku (Sekolah Dokter Hewan Bogor).      

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pada tahun 1946, Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia meningkatkan Sekolah Dokter Hewan Bogor menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH). Tahun 1947, Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian (Landbouwkundige Faculteit) dibuka kembali dengan nama Faculteit van Landbouwwetenschap yang mempunyai 2 (dua) jurusan yaitu Jurusan Pertanian dan Jurusan Kehutanan, sedangkan PTKH pada tahun 1948 diubah namanya menjadi Diergeneeskundige Faculteit yang kesemuanya di bawah naungan Universiteit van Indonesie.

Pada tahun 1950, Faculteit van Landbouwwetenschap diubah namanya menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan tiga jurusan, yaitu: Jurusan Sosial Ekonomi, Jurusan Pengetahuan Alam, dan Jurusan Kehutanan.

Gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor mulai dibangun di komplek Jl. Otto Iskandardinata oleh CV. De Condor, kemudian dikenal dengan nama Kampus Baranangsiang. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pada tanggal 27 April 1952. Pidato peletakan batu pertama berjudul “Soal Hidup atau Mati”. Penyusun skenario pidato adalah Wakil Presiden Universitas Indonesia, Wisaksono Wirjodihardjo yang merupakan lulusan Sekolah Pertanian (Cultuur School), Sekolah Pertanian Menengah Atas (Middelbare Landbouwschool) Bogor, dan Sekolah Gula di Yogyakarta.

Gedung Fakultas Pertanian Kampus Baranangsiang dibangun berdasarkan  hasil rancangan konsorsium arsitek Belanda pemenang sayembara. Adapun konsep desain rancangan bangunan adalah membuat gedung raksasa yang membuat orang terpesona. Sesungguhnya ada rancangan lain yang lebih baik, namun karena ia bukan kelahiran Zaandam, melainkan di Bonandolok, Sumatera Utara, yaitu Frederich Silaban, ia terpaksa dikalahkan. Bagaimana mungkin seorang aristek berkulit coklat lulusan STM (MTS) ditambah satu tahun kuliah di Akademie der Beeldende Kunsten Amsterdam dapat mengalahkan pemikiran konsorsium arsitek asing yang berasal dari Zaandam, Volendam dan mungkin lagi Schiedam?  Jika Silaban yang rancangannya dimenangkan, di Baranangsiang telah berdiri gedung-gedung fakultas bukan dalam bentuk masif, melainkan dalam bentuk permainan lego sehingga pembangunannya dapat dilakukan bertahap. Inilah juga yang  menyebabkan mengapa Kampus Darmaga dibangun dengan prinsip permainan lego. Jadi, di Kampus Baranangsiang akhirnya didirikan Gedung Fakultas Pertanian yang hanya selesai dua per lima dari rancangan lengkapnya. Yang tidak terlaksana di antaranya aula dan kolam renang ukuran internasional.

PROGRAM STUDI

Program sarjana terdiri dari satu program sarjana kompetensi mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan tiga program sarjana kompetensi minor, yaitu Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan; Manajemen Satwaliar dan Pemanfaatan Tumbuhan.

Kompetensi Program Sarjana Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata fokus melakukan program pendidikan yang menghasilkan lulusan yang  memiliki kemampuan entrepreneurship untuk menerapkan prinsip konservasi sumberdaya hutan, ekowisata dan jasa lingkungan, meliputi perlindungan terhadap proses ekologi dan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati (ekosistem, jenis dan genetik), serta pemanfaatan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan manusia sekaligus kualitas ekosistem yang menjadi kesatuan lingkungan hidupnya yang tidak dapat terpisahkan. .

Kompetensi minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan menerapkan prinsip manajemen dan entrepreneurship ekowisata dan jasa lingkungan.

Kompetensi minor Manajemen Satwaliar fokus menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan menerapkan prinsip manajemen dan entrepreneurship konservasi satwaliar, baik secara in-situ maupun ex-situ.

Kompetensi minor Pemanfaatan Tumbuhan fokus menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan menerapkan konservasi dan entrepreneurship sumberdaya hayati, khususnya tumbuhan berkhasiat obat dan umumnya tumbuhan yang berpotensi tinggi dan bermanfaat bagi pengembangan sistem livelihood masyarakat lokal sekitar hutan.

Program Pascasarjana  strata Master dan strata Doktor.  Untuk program Master dan Doktor masing-masing terdiri dari 2 mayor, yaitu (1) Konservasi Biodiversitas Tropika (KVT); dan (2) Manajemen Ekowisata dan Jasa Lingkungan (MEJ).

Para lulusan ditargetkan : (1) Memiliki kemampuan mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni di bidang konservasi biodiversitas (tumbuhan dan satwaliar)  baik in situ maupun ex situ dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah serta keterampilan penerapannya; (2) Memiliki kemampuan memecahkan permasalahan di bidang konservasi biodiversitas (tumbuhan dan satwaliar) baik in situ maupun ex situ melalui kegiatan penelitian dan pengembangan  berdasarkan kaidah ilmiah; dan (3) Memiliki kemampuan mengembangkan kinerja profesionalnya di bidang konservasi biodiversitas (tumbuhan dan satwaliar) baik in situ maupun ex situ yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan, keserbacukupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah secara bioekologis dan sosekbud  baik untuk   menunjang pengembangan ipteks konservasi maupun dalam upaya pengelolaan dan entrepreneurship  biodiversitas berkelanjutan  untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan falsafah Pancasila.

Program Master difokuskan lulusan yang memiliki ciri-ciri: (1) mempunyai kemampuan mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian dengan cara menguasai dan memahami pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai ketrampilan penerapannya; (2) mempunyai kemampuan memecahkan permasalahan di bidang keahliannya melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah; dan (3) mempunyai kemampuan mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa.

Sedangkan program Doktor diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi: (1) mempunyai kemampuan mengembangkan konsep ilmu, teknologi, dan/atau kesenian baru di dalam bidang keahliannya melalui penelitian; (2) mempunyai kemampuan mengelola, memimpin, dan mengembangkan program penelitian; dan (3) mempunyai kemampuan pendekatan interdisipliner dalam berkarya di bidang keahliannya.


Prodi Lainnya